Jumat, 21 Desember 2012

Mengapa harga Internet di negara miskin seperti Indonesia lebih mahal ketimbang di Amerika ??

Dear Google Fiber,
Please, please, please come to Boston and rescue me from Comcast (Tolong, tolong, tolong datang ke Boston dan selamatkan saya dari Comcast).
Surat pendek itu agak mengejutkan bagi para pengguna Internet di Indonesia. Soalnya, surat itu ditulis oleh Brad Reed, kolumnis kondang di majalah komputer ZDNet. Lagi pula, ia tinggal di Amerika Serikat, salah satu surga Internet. Tiap bulan, dia berlangganan Internet pita lebar seharga US$ 66 (sekitar Rp 627 ribu), dengan kecepatan sampai 20 megabita per detik (Mbps).
Mengapa Brad Reed mengeluh? Orang Indonesia yang fakir bandwidth Internet saja tidak memprotes. Dengan harga serupa, di Jakarta kita cuma dapat Internet dengan kecepatan 1 Mbps. Itu bila memakai layanan Telkom Speedy seharga Rp 645 ribu per bulan.
Saya masih tergolong orang yang beruntung untuk ukuran Jakarta. Hanya dengan membayar Rp 550 ribu sebulan, saya bisa menikmati Internet berkecepatan 3 Mbps, tayangan dari ratusan saluran TV kabel, dan 24 tayangan saluran TV berkualitas tinggi atau high definitions dari First Media. Pada Januari mendatang, malah kecepatannya unduhnya akan naik menjadi 5 Mbps dengan harga yang sama. Jangan tanya mengapa harga Internet di negara miskin seperti Indonesia lebih mahal ketimbang di Amerika. Itu urusan pemerintah yang tak mencari solusi Internet murah. Juga urusan para operator yang ingin mengeruk untung berjebah.
Orang bernasib sial seperti warga Jakarta cuma bisa mengelus dada. Ya, benar. Rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau. Itu yang menggoda Brad Reed melirik ke Kansas City. Siapa yang tak ngiler melihat persamuhan bos-bos Google dengan Wali Kota Kansas. Mereka sepakat menyediakan Internet berkecepatan 5 megabita per detik bagi warga Kansas City. Dengan kecepatan itu, satu film James Bond berkualitas gambar DVD bisa diunduh kurang dari setengah jam. Biayanya? Gratis. Hanya yang ingin memasang cuma dikenai biaya US$ 300 untuk menarik kabel serat optik. Layanan Google Fiber ini telah dicicipi sejak November lalu.
Siapa yang tidak cemburu melihat kebaikan Google Fiber ini? Perbandingan antara Internet broadband dan layanan dial-up (internet melalui kabel telepon) ini bisa diibaratkan dua mobil yang melaju dari Jakarta menuju Bandung. Bedanya, mobil Google Fiber ini 100 kali lebih cepat sampai ketimbang mobil dial-up.
Google Fiber berjanji dalam waktu dekat mereka akan meningkatkan kecepatan Internet di Kansas menjadi 1 gigabita per detik. Artinya, film James Bond bisa diunduh hanya dalam lima kedipan mata.
Google tak ingin membunuh perusahaan penjual jasa Internet yang sudah ada. Google hanya ingin menunjukkan bahwa rakyat berhak mendapat akses cepat. Itu akan membawa dampak ekonomi yang luar biasa. “Sejarah telah diukir di Kansas,” kata Patrick Pichette, Chief Financial Officer Google.
Jadi, kalau kita masih menikmati layanan Internet yang byar-pet, silakan cemburu pada Kansas dan Google Fiber. Mintalah Pak Gubernur Joko Widodo merayu Google, dan mari menulis surat kepada Google.
Dear Google Fiber,
Please, please, please come to Jakarta and rescue me from the bad operators.

Sumber : http://blog.tempointeraktif.com/digital/google-fiber-dan-mimpi-internet-secepat-kedipan/

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes